Agam Rinjani, Alumni SDI Borong Jambu II yang Menginspirasi Lewat Aksi Kemanusiaan di Gunung Rinjani

Berita Inews
Berita Inews

BERITAINEWS, Makassar – Sosok pria asal Makassar, Abd Haris atau yang kini dikenal dengan nama Agam Rinjani, tengah menjadi sorotan publik usai keberhasilannya mengevakuasi pendaki asal Brasil, Juliana, yang mengalami kecelakaan di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, pada Jumat, 27 Juni 2025 lalu.

Agam yang kini tinggal di Lombok dikenal sebagai relawan dan penjaga Gunung Rinjani. Kisah hidupnya mencuri perhatian setelah warganet menggali latar belakang pria kelahiran Makassar, 22 Desember 1988 itu. Ia diketahui menempuh pendidikan dasarnya di SDI Borong Jambu II, Kecamatan Manggala, Makassar.

Bacaan Lainnya

Semasa kecil, Agam dikenal dengan nama panggilan Ucok. Nama “Agam” kemudian ia gunakan sebagai bentuk penghormatan terhadap almarhum ayahnya. Perubahan nama tersebut menjadi simbol kedewasaan sekaligus komitmennya terhadap nilai-nilai yang diwariskan sang ayah.

Agam memulai perjalanannya dari lingkungan sederhana di kawasan TPA Tamangapa, Antang. Selepas menamatkan pendidikan di Universitas Hasanuddin, ia memutuskan merantau ke Nusa Tenggara Barat. Di sana, ia menemukan panggilannya sebagai penjaga dan relawan di kawasan Gunung Rinjani.

Rizardi Marzuki, seorang jurnalis yang berhasil mewawancarai Agam, mengaku sempat terkejut saat menyadari bahwa pria yang viral tersebut adalah teman sekelasnya saat duduk di bangku SD. Ia mengenang Agam sebagai anak yang cerdas dan punya kepedulian tinggi terhadap sesama.

“Saya sempat tidak percaya, tapi dari logat dan cara bicaranya, saya yakin dia teman saya di SDI Borong Jambu II. Ini sebuah kebanggaan luar biasa,” ujar Rizardi.

Kabar ini juga membawa kegembiraan tersendiri bagi komunitas SDI Borong Jambu II. Udin Sangkala, guru PJOK di sekolah tersebut, mengaku bangga mendengar bahwa Agam merupakan bagian dari alumni mereka. “Kami sangat bersyukur dan bangga, karena nama baik sekolah ikut terangkat melalui aksi kemanusiaannya,” ujarnya pada Senin 30/6/2025.

Menurut Udin, kisah Agam menjadi bukti bahwa latar belakang sederhana tidak membatasi seseorang untuk berbuat besar bagi kemanusiaan. Ia berharap kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi para siswa dan generasi muda di Makassar.

Kini, nama Agam Rinjani bukan hanya dikenal di kalangan pendaki dan relawan, tetapi juga menjadi simbol dari keberanian, dedikasi, dan kepedulian. Sosoknya membuktikan bahwa jiwa kemanusiaan bisa tumbuh dari mana saja, bahkan dari lorong-lorong kecil di kota Makassar.(**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *