BERITAINEWS, Gelem + Pada ajang COP30, forum perubahan iklim terbesar di dunia, PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) melalui MIND ID menegaskan peran Indonesia sebagai pemimpin dalam pengembangan mineral kritis berkelanjutan. Indonesia tidak hanya diposisikan sebagai pemasok utama nikel global, tetapi juga penggerak utama transformasi menuju ekosistem baterai kendaraan listrik yang rendah karbon.
Dalam sesi talk show bertajuk “Emerging Technologies to Respond to Climate Change” di Paviliun Indonesia, PT Vale memaparkan bagaimana teknologi, praktik pertambangan bertanggung jawab, dan kolaborasi strategis bersama Huayou Indonesia membentuk arah baru industri nikel nasional.
Acara tersebut dibuka melalui sambutan video dari Hanifah Dwi Nirwana, Plt. Deputi Bidang Pengelolaan Limbah, Limbah B3, dan Bahan Berbahaya KLHK. Ia menekankan pentingnya tata kelola lingkungan yang kuat sebagai pondasi transformasi industri hijau di Indonesia, pada Jumat 14/11/2025.
Amsor, Direktur Pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3 KLHK, melanjutkan dengan menegaskan perlunya integritas regulasi, peningkatan transparansi, serta penyelarasan standar industri dengan praktik keberlanjutan internasional.
Dari perspektif industri, Direktur sekaligus Chief Sustainability & Corporate Affairs Officer PT Vale, Budiawansyah, memaparkan target perusahaan dalam menurunkan emisi absolut sebesar 33% pada 2030 dan menekan intensitas karbon produk hingga 50%. Transformasi tersebut ditopang teknologi seperti heat recovery, pemanfaatan off-gas, optimalisasi ore dewatering, serta elektrifikasi infrastruktur pemrosesan.
Ia menegaskan bahwa dekarbonisasi adalah komitmen nyata, bukan sekadar slogan. Melalui kemitraan hilirisasi dengan Huayou, PT Vale berupaya menghadirkan nikel rendah karbon yang memenuhi standar global.
Stevanus, Director of Public Affairs Huayou Indonesia, menjabarkan inovasi teknologi perusahaan yang mampu menekan emisi lebih dari 2 tCO₂e per ton nikel. Melalui waste heat recovery, self-flow ore slurry, solidifikasi CO₂, elektrifikasi, dan pengelolaan limbah berkelanjutan, Huayou memperkuat efisiensi operasional sekaligus mendukung transisi energi bersih.
Ia menyampaikan bahwa integrasi teknologi Huayou dengan standar ESG PT Vale menjadi fondasi kemitraan strategis yang menempatkan Indonesia sebagai rujukan global untuk material baterai rendah karbon.
Pandangan panel semakin diperkuat oleh Aladin Sianipar, Vice President HSE Harita Nickel, yang menekankan pentingnya sirkularitas dan pengelolaan limbah terpadu dalam mempercepat dekarbonisasi sektor nikel nasional.
Pada kesempatan itu, PT Vale turut mengumumkan pencapaian terbaru Sustainalytics ESG Risk Rating sebesar 23,7—skor terbaik dalam sejarah perusahaan. Pencapaian ini menempatkan PT Vale di jajaran teratas perusahaan global pada kategori diversified metals & mining, menegaskan kuatnya tata kelola dan komitmen keberlanjutan perusahaan.
Dari Belém, Brasil, PT Vale membawa pesan bahwa Indonesia siap menjadi kekuatan strategis dalam transisi energi dunia. Melalui jalur pemrosesan berbasis energi bersih dan kemitraan teknologi yang kuat, Indonesia berada di garis depan pembentukan ekosistem nikel rendah karbon.
Para panelis menutup diskusi dengan optimisme bahwa keberhasilan Indonesia di rantai pasok kendaraan listrik global ditentukan oleh keberlanjutan, transparansi, inovasi teknologi, dan kolaborasi lintas sektor—nilai yang kini menjadi dasar kemitraan PT Vale dan Huayou dalam mendorong dampak positif bagi iklim dan industri.(**)