Sulsel Peringkat Lima Nasional Kasus Narkoba, Jalur Laut dan Pelabuhan Tikus Jadi Sasaran Sindikat

Berita Inews
Berita Inews

BERITAINEWS SULSEL — Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menempati peringkat kelima nasional dalam jumlah terdakwa kasus narkotika. Badan Narkotika Nasional (BNN) menilai tingginya angka tersebut tidak lepas dari terbukanya jalur masuk narkotika melalui pelabuhan laut dan pelabuhan nonresmi atau pelabuhan tikus yang dimanfaatkan sindikat jaringan lintas negara.

Kepala Bidang Pemberantasan dan Intelijen BNN Provinsi Sulawesi Selatan, Kombes Pol. Ardiansyah, S.I.K., mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan penelitian terkait pola masuknya narkotika ke wilayah Sulsel. Hasilnya, jalur laut menjadi pintu utama peredaran barang haram tersebut.

Bacaan Lainnya

“Rata-rata jalur masuk narkotika ke Sulawesi Selatan melalui pelabuhan laut, termasuk pelabuhan nonresmi. Ini yang dimanfaatkan jaringan karena pengawasannya lebih sulit,” kata Ardiansyah, Selasa (30/12/2025).

BNN Sulsel mencatat, narkotika banyak diselundupkan dari Malaysia melalui wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di Kalimantan Utara. Barang haram tersebut dibawa menggunakan perahu kayu menuju Nunukan, lalu dikirim ke Sulsel dengan memanfaatkan kapal penumpang, termasuk kapal Pelni, baik melalui kurir maupun pengiriman paket.

Kota Parepare disebut sebagai salah satu titik rawan masuknya narkotika. Untuk menutup celah tersebut, BNN Sulsel telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Parepare guna mendorong pembentukan BNN Kabupaten/Kota (BNNK).

“Parepare menjadi jalur transit. Kalau pengawasan di sana diperketat, pasokan narkotika ke Sulsel bisa ditekan secara signifikan,” ujarnya.

Sepanjang tahun 2025, aparat penegak hukum di Sulsel telah mengungkap sejumlah kasus besar. Polda Sulsel bersama jajaran Polres, khususnya Polres Parepare, berhasil menyita narkotika dalam jumlah besar dengan barang bukti mencapai puluhan kilogram.

“Ada pengungkapan dengan barang bukti 80 kilogram, 40 kilogram. Ini menunjukkan Sulsel bukan hanya daerah tujuan, tapi juga jalur distribusi narkotika,” tegas Ardiansyah.

BNN juga menilai tingginya peredaran narkotika di Sulsel sejalan dengan tingginya permintaan pasar. Kondisi tersebut mendorong aparat untuk melakukan penegakan hukum secara masif dan berkelanjutan.

Terkait jaringan, BNN Sulsel mengidentifikasi lebih dari 10 bandar narkotika selama 2025. Penindakan tidak hanya menyasar pelaku, tetapi juga aset hasil kejahatan.

“Kami fokus pada pemiskinan bandar narkoba. Aset mereka kami telusuri dan koordinasikan dengan BNN Pusat untuk penerapan tindak pidana pencucian uang,” jelasnya.

Dalam setiap pengungkapan, sindikat disebut terus mengubah modus operandi. Mulai dari menggunakan kurir, pengiriman paket, menyamarkan narkotika dalam komoditas seperti rumput laut, hingga memasukkannya ke dalam makanan untuk mengelabui petugas.

“Modus mereka dinamis. Ketika satu cara terbongkar, mereka langsung beralih ke cara lain,” kata Ardiansyah.

Selain dari Malaysia, pengiriman narkotika juga terdeteksi berasal dari wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Jakarta. Jalur yang digunakan sebagian besar melalui pelabuhan rakyat dan jalur tikus di pesisir maupun sungai.

“Pelabuhan nonresmi inilah yang menjadi tantangan besar aparat dalam memutus mata rantai peredaran narkotika di Sulawesi Selatan,” pungkasnya. (Bas)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *