BERITAINEWS MAKASSAR — Klaim sebagai kota maju dengan segudang penghargaan nasional tampaknya belum sepenuhnya terefleksi di setiap sudut Kota Makassar. Salah satu sektor vital yang masih jauh dari kata ideal adalah pengelolaan dan penataan pasar tradisional. Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar Ray Suryadi Arsyad, S.Ip menyuarakan kekecewaannya, menyebut kondisi tata ruang pasar di kota ini “sangat amburadul dan berantakan. Jumat, 15 Agustus 2025.
Menurut Ray Aryad dari fraksi Partai Demokrat ini, penataan pasar di Makassar selama puluhan tahun terakhir nyaris tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. “Fakta yang terjadi bahwa pengolahan tata ruang, terutama di wilayah pasar di Kota Makassar ini, sangat amburadul, sangat berantakan,” ujarnya dengan nada prihatin. Ia bahkan membandingkan kondisi pasar saat ini, khususnya “Pasar Segar,” yang dinilainya lebih parah dibandingkan era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Kekumuhan dan ketidakberaturan pasar ini bukan sekedar masalah estetika. Lebih jauh, kondisinya mengancam keamanan pangan dan kesehatan masyarakat Makassar. “Pasar itu menyediakan yang namanya bahan pangan, bahan pangan yang akan dimakan oleh masyarakat Kota Makassar, yang akan dimakan oleh kita melalui tubuh kita,” jelasnya. “Jadi, kalau tidak terjamin kebersihannya, penataannya, rantai distribusinya sampai di tahap kebersihannya, itu akan berakibat fatal bagi kita.”
Sorotan tajam tertuju pada beberapa pasar vital seperti Pasar Penampung dan Pasar Terong, yang sejatinya merupakan pasar penyangga utama bagi kebutuhan pangan masyarakat. Meskipun memiliki daya tarik konsumen yang tinggi, penataan dan kebersihannya jauh dari memadai.
Pemerintah Kota Makassar sebelumnya telah menggulirkan program “Pilah Pasar” dengan tujuan menata pasar-pasar tradisional. Namun, anggota dewan ini mengaku heran dan justru melihat kondisi yang semakin parah. “Saya heran dengan kegiatan ‘Pilah Pasar’ kalau sampai sekarang sebenarnya tambah-tambah kumuh saya lihat,” kritiknya.
Ia mencontohkan kondisi di Pasar Pannampu yang berada dekat kediamannya. Coba kita lihat di depan Jalanan ada penjual, bahkan sampai di depannya SPBU, di sebelahnya SPBU, ada juga penjual, ungkapnya geram. Kondisi ini diperparah dengan kemacetan parah yang terjadi setiap hari, menghambat akses warga yang ingin menuju rumah sakit, sekolah, atau tempat kerja. Padahal, bangunan pasar yang ada di dalam sebenarnya bisa menampung banyak pedagang.
Melihat kondisi ini, desakan untuk bertindak tegas menjadi prioritas utama. Anggota Komisi C ini berharap Pemerintah Kota Makassar, khususnya Perusahaan Umum Daerah (PD) Pasar dan Dinas Tata Ruang, dapat segera melakukan penertiban dan penataan ulang secara komprehensif.
“Ini harus perlu ada ketegasan, perlu ada ketegasan dari pihak yang terkait melalui PD Pasar bersama dengan Dinas Tata Ruang Kota Makassar untuk bisa melakukan penertiban,” tegasnya.
Selain itu, peran Camat dan Lurah sebagai kepala wilayah juga menjadi krusial. “Ini Camat dan Lurah ini harus, harus lihat itu, tidak boleh tinggal diam. Camat Lurah punya instrumen, ada Satpol PP-nya, ada pengawasnya, “tambahnya.
Ray Arsyad menyarankan agar Pemerintah Kota Makassar dapat belajar dari keberhasilan penataan pasar di tempat lain. Ia mencontohkan “Pasar Bersih Summarecon” di luar Makassar yang, meski dengan anggaran tidak besar, mampu tertata rapi dan bersih. “Kalau dilihat budgetnya itu tidak besar, tapi tertata rapi, tertata dengan bersih. Jadi rantai makanan bahan pangan ini bisa tersalurkan dengan bagus ke konsumen,” pungkasnya.
Harapan besar kini tertumpu pada Pemerintah Kota Makassar untuk segera mengambil langkah konkret. Penataan pasar bukan hanya tentang kerapian, melainkan investasi jangka panjang bagi kesehatan masyarakat dan citra Makassar sebagai kota yang benar-benar maju. (Fjn)