Orang-orang melakukan jarak sosial di tengah pandemi penyakit coronavirus (COVID-19) saat menghadiri suatu pertemuan di Ulaanbaatar, Mongolia (3/6/2021). Foto: RENTSENDORJ BAZARSUKH/REUTERSkumparan merangkum kabar corona dunia pada Rabu (24/11). Mulai dari Korea Selatan alami lonjakan kasus hingga varian Delta di Jepang menghilang.Hingga kini penularan COVID-19 masih terjadi. Tercatat jumlah kasus positif mencapai 259.303.379 orang. Sedangkan pasien sembuh 234.595.946 dan kematian 5.187.721 orang.Amerika Serikat, India dan Brasil masih menjadi tiga negara terdampak parah COVID-19. Kasus positif di tiga negara itu berada di angka 21 juta jiwa.Berikut kabar corona dunia:Sebuah tanda yang menunjukkan bahwa masker adalah wajib, terpampang di Marburg, Jerman. Foto: Fabian Bimmer/REUTERSWHO: Kematian COVID-19 di Eropa Bisa Capai 2,2 Juta Jiwa pada Maret 2022WHO menyampaikan potret keparahan situasi COVID-19 di benua Eropa. Pada Maret 2022 nanti, WHO memprediksi total kematian akibat corona bisa mencapai 2,2 juta jiwa.Total kematian akibat COVID-19 di 53 negara yang mencakup kawasan WHO Eropa sudah melampaui 1,5 juta jiwa. Angka kematian harian bahkan mencapai di atas 4.200 jiwa.WHO Eropa juga mencakup negara-negara bekas republik Soviet, Rusia, dan juga Turki.Hingga Maret 2022 nanti, WHO memperkirakan akan terjadi penambahan kematian akibat corona hingga 700.000 jiwa.“Total kematian yang dilaporkan diproyeksikan melampaui 2,2 juta pada musim semi tahun depan, berdasarkan tren saat ini,” ujarnya pada Selasa (23/11).Saat ini, COVID-19 menjadi penyebab kematian tertinggi di kawasan. WHO menambahkan, pada 1 Maret 2022, tekanan ekstrem terhadap ruang perawatan intensif (ICU) rumah sakit diprediksikan terjadi di 49 dari 53 negara.Prancis, Spanyol, dan Hungaria termasuk ke dalam daftar negara yang diprediksi mengalami kesulitan pada ketersediaan ICU pada awal tahun depan.Polisi Prancis menghentikan kendaraan untuk memeriksa dokumen pengecualian dan identitas saat lockdown di daerah Bois de Boulogne, di Paris, Prancis. Foto: Christian Hartmann/ReutersKasus COVID-19 Prancis MeroketLonjakan kasus COVID-19 di Prancis terus terjadi. Bahkan, untuk pertama kalinya sejak Agustus lalu, negara ini mencatat penambahan kasus harian lebih dari 30.000 infeksi.Kementerian Kesehatan Prancis melaporkan 30.454 kasus baru pada Selasa (23/11). Angka ini meningkat 54% jika dibandingkan dengan Selasa pekan lalu.“Hari ini, kami mengumumkan 30.000 kasus baru dalam 24 jam. Ini merupakan peningkatan yang sangat besar dalam rasio infeksi, yang menunjukkan bahwa kita, sayangnya, benar-benar berada di gelombang infeksi kelima,” ujar Menkes Olivier Veran.Peningkatan yang signifikan ini terjadi di tengah-tengah kebijakan jarak sosial baru dan juga percepatan vaksinasi.Pekan lalu, otoritas kesehatan Prancis mengumumkan vaksinasi dosis ketiga (booster) harus diperluas cakupannya, yakni kepada seluruh warga berusia 40 tahun ke atas.Kemudian, sejak 15 November lalu, Pemerintah memutuskan untuk kembali mewajibkan penggunaan masker di sekolah dasar.Prancis mencatat rekor kasus harian tertinggi pada 7 November 2020. Saat itu, kasus COVID-19 bertambah sebanyak 86.852 dalam kurun waktu 24 jam saja.Warga Korsel mengantre di depan butik Chanel di tengah pandemi corona yang masih mengancam. Foto: REUTERS/Minwoo ParkKasus COVID-19 Korsel Cetak RekorKorea Selatan tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19. Pada Selasa (23/11), kasus harian di Korsel bertambah 4.116 orang. Ini menjadi penambahan kasus tertinggi sepanjang pandemi di Negeri Ginseng.ada November ini, Korsel mulai memasuki tahapan “hidup bersama COVID-19.” Dengan ini, pemerintah bertujuan untuk melonggarkan aturan jarak sosial yang ketat hingga akhirnya bisa melakukan pembukaan kembali.Keputusan tersebut diambil setelah Korsel mencapai target vaksinasinya. Sebanyak 79,1% dari total 52 juta penduduk Korsel sudah menerima vaksinasi dosis penuh, dan 4,1% sudah divaksinasi dosis ketiga (booster).Tetapi, di tengah pelonggaran tersebut, kasus malah meroket.“Hanya dengan melihat area metropolitan Seoul saja, situasinya sudah cukup kritis untuk diterapkan rencana darurat kapan saja,” ujar Perdana Menteri Korsel Kim Boo-kyum.Ia pun meminta otoritas kesehatan untuk mengklasifikasi pasien berdasarkan tingkat keparahan gejala, dan memanfaatkan opsi perawatan mandiri untuk kasus tanpa gejala atau bergejala ringan.“Kurang dari 20% pasien melakukan perawatan mandiri di rumah pada pekan lalu,” kata Kim.Varian Delta Mulai Menghilang di JepangVarian corona Delta mulai menghilang di Jepang. Hal ini diungkapkan oleh ahli-ahli setelah mengalami pergerakan kasus beberapa waktu terakhir.Terakhir, varian Delta ini mendominasi di Jepang pada 3 bulan lalu.Tim ahli genetika di Jepang mengungkapkan menghilangnya varian Delta ini karena mereka mati sendiri saat mencoba bermutasi.Hal ini merupakan hal yang lumrah. Virus bisa bermutasi menjadi lebih kuat atau ia akan mati sendiri kalau susunannya justru membuatnya tak bisa bertahan.”Mutasi dapat membuatnya lebih mampu menyebar, menghindari kekebalan atau menyebabkan penyakit parah. Tetapi pada beberapa kesempatan, mutasi ini menjadi buntu,” kata Prof Inoue, salah seorang ahli.”Mengingat bahwa kasusnya belum meningkat, kami berpikir bahwa pada titik tertentu selama mutasi semacam itu, ia langsung menuju kepunahan alaminya,” tambahnyaSejumlah orang berdiri di jembatan penyeberangan di daerah Dotonbori di Osaka, Jepang. Foto: Philip FONG/AFPPeneliti di Institut Genetika Nasional Jepang percaya hal tersebut terjadi melalui penelitian dengan melihat enzim yang disebut nsp14. Tujuan enzim ini adalah untuk memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh replikasi.Di sini, mereka menemukan banyak perubahan genetik dan kemudian tiba-tiba berhenti dalam proses evolusi.Jepang mengalami gelombang Covid terbesar di akhir musim panas, dengan kasus memuncak sekitar 23.000 per hari pada bulan Agustus. Varian ini menurut para ahli memang 7 kali lebih menular dan memperparah kasus.Tetapi gelombang itu tiba-tiba terhenti dan hampir sepenuhnya mereda, dengan ibu kota Tokyo mencatat hanya 16 kasus baru pada hari Jumat.Petugas medis menyuntikan vaksin COVID-19 kepada lansia, di Sollentuna, utara Stockholm, Swedia. Foto: Fredrik Sandberg/TT News Agency/via REUTERSSwedia Akan Beri Seluruh Warga Vaksin BoosterPemerintah Swedia akan memberikan vaksin booster untuk seluruh orang dewasa. Kebijakan itu diambil seiring melonjaknya kasus COVID-19 di Eropa.Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Swedia Lena Hallengren pada Rabu (24/11/2021). Dia mengatakan, pemberian booster dilakukan bertahap.”Kami berhadapan dengan musim dingin yang penuh dengan ketidakpastian,” ujar Hallengren.”Kalian bisa berkontribusi dengan tetap di rumah saat sakit, atau divaksin jika belum, dan mengambil booster jika ditawarkan,” sambung dia.Swedia saat ini baru menawarkan booster vaksin COVID-19 ke lansia usia 65 dan 65 tahun ke atas. Perluasan pemberian booster akan dilakukan sesegera mungkin.Di samping booster Swedia mempertimbangkan langkah lain untuk menghadapi gelombang lanjutan COVID-19. Salah satunya pemberlakuan kartu pas COVID-19.Dibanding negara Eropa lain, Swedia belum mengalami lonjakan kasus COVID-19. Jumlah keterisian rumah sakit masih relatif kecil.
Kabar Corona Dunia: Lonjakan di Korsel hingga Varian Delta di Jepang Menghilang
Pos terkait
Gol Tunggal Fathur antar Maesa FC Tekuk Persis di Liga Askot U19 2024
Dilantik Jadi Anggota DPR RI Periode Kedua, Rusdi Masse: Terima Kasih Amanahnya
Casting di Universitas Kebangsaan, Golden Picture Produksi Film Perang Sekelas Hollywood
KPPU Keluarkan Penetapan Persetujuan Bersyarat Atas Transaksi Akuisisi Grobogan Oleh Indocement