BERITAINEWS MAKASSAR — Kota Makassar memberikan sambutan hangat dan produktif kepada delegasi pimpinan daerah dari berbagai daerah di Indonesia pada hari Jumat, 8 Agustus 2025. Disambut oleh Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin dan Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham di Balaikota, kunjungan kerja ini menghasilkan diskusi yang hidup dan pertukaran gagasan yang signifikan seputar pembangunan perkotaan dan wilayah yang berkelanjutan.
Di antara para tamu kehormatan tersebut adalah Wali Kota Dumai, Wakil Wali Kota Samarinda, Wakil Wali Kota Banjarmasin, Wakil Wali Kota Kendari, Wakil Bupati Pulang Pisau, Wakil Bupati Magetan, dan Wakil Bupati Penukal Abab Lematang Ilir. Suasana pertemuan tersebut terasa hangat, penuh kehangatan, tawa, dan semangat belajar yang kolaboratif.
Dalam percakapan informal, Wali Kota Munafri-Aliyah dan para pemimpin yang berkunjung berbagi wawasan tentang tantangan dan keberhasilan unik yang dihadapi dalam mengembangkan kota dan kabupaten masing-masing. Topik yang dibahas beragam, mulai dari strategi pengelolaan lingkungan yang inovatif hingga pendekatan pembangunan daerah yang komprehensif.
Mewakili keramahtamahan khas Makassar, para tuan rumah menjamu tamu mereka dengan wisata kuliner yang menyenangkan, menyajikan hidangan tradisional Sulawesi Selatan, termasuk “barongko” yang unik—kue pisang kukus yang dibungkus daun pisang. Para pejabat yang berkunjung menunjukkan minat dan apresiasi yang tinggi terhadap kekayaan warisan kuliner Makassar. Beberapa pemimpin juga berbagi kesan positif tentang kunjungan mereka baru-baru ini ke pulau-pulau kecil yang menawan di sekitar Makassar.
Diskusi kemudian beralih ke hal-hal yang lebih substantif, dengan Wali Kota Munafri yang berkesempatan memperkenalkan program unggulan Makassar dalam pengelolaan sampah. Beliau memaparkan pendekatan komprehensif dan terpadu yang menggabungkan pertanian perkotaan, budidaya belatung, dan pembentukan badan usaha berbasis lingkungan.
“Di Makassar, kami sedang membangun sistem pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, berbasis rumah tangga. Target akhir kami adalah mencapai rumah tangga tanpa sampah,” jelas Munafri.
Menjelaskan lebih lanjut tentang inisiatif ini, Munafri menceritakan kunjungannya baru-baru ini ke sebuah usaha budidaya maggot yang dikelola masyarakat di Kecamatan Panakkukang. Di sana, sampah organik diolah secara efisien dalam waktu dua minggu hingga dua bulan melalui budidaya maggot. “Beberapa maggot ini langsung digunakan sebagai pakan, sementara yang lain dikeringkan. Hal ini memberikan nilai tambah ekonomi yang signifikan bagi warga kami,” ujarnya.
Munafri menyoroti volume sampah harian yang mencengangkan di Makassar, yang berkisar antara 1.000 hingga 1.500 ton, dengan lebih dari separuhnya berupa sampah organik. “Itulah yang kami fokuskan pada pengolahan di sumbernya. Sementara itu, sampah non-organik diarahkan ke tempat pembuangan akhir dan bank sampah,” jelasnya.
Diskusi tersebut juga membahas rencana ambisius Makassar untuk produksi sampah menjadi energi. Wali Kota menyampaikan kepada delegasi bahwa studi kelayakan untuk pengelolaan sampah menjadi energi sedang dilakukan, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik lokal. “Pemerintah kami bertujuan untuk dapat menyediakan listrik dengan memanfaatkan potensi energi dari sampah di masa mendatang. Tentu saja, biaya tipping-nya tidak akan murah,” ujarnya.