Membangun Kemandirian Hijau di Baji Minasa: Pertamina Patra Niaga Mengubah Lahan Pisang Menjadi Sumber Pendapatan

Berita Inews
Berita Inews

BERITAINEWS MAROS — Di tengah Dusun Pao Pao, Desa Mangngai, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, sebidang lahan yang dulunya sepi kini telah berubah menjadi pusat aktivitas ekonomi dan ketahanan pangan. Inilah kisah sukses Kelompok Wanita Tani (KWT) Baji Minasa, yang didukung penuh oleh program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi.

Berawal dari lahan sederhana milik warga yang diberikan pada tahun 2021, perjuangan 27 anggota dari empat kelompok wanita tani ini mencapai titik balik ketika Pertamina Patra Niaga hadir pada tahun 2023. Dukungan ini tidak hanya berupa materi, tetapi juga memberdayakan mereka untuk beralih dari kesesuaian tanam konvensional menuju sistem yang lebih modern.

Bacaan Lainnya

Nurlia, Sekretaris KWT Baji Minasa, menceritakan perubahan drastis yang terjadi di lokasi tersebut. Selasa, 21 Oktober 2025.

Berita Inews
Berita Inews foto 

“Dulunya ini ditanami pohon pisang oleh kepala dusun. Sekarang lahan sudah ditanami seperti kangkung, bayam, terong, dan ada media hidroponik,” ujar Nurlia.

Saat ini, kebun Baji Minasa menjadi rumah bagi berbagai komoditas, termasuk sayuran daun seperti selada, pakcoy, dan kangkung yang ditanam secara hidroponik. Sebanyak 27 anggota KWT aktif terlibat, memastikan setiap jengkal menghasilkan manfaat.

Dampak terbesar yang dirasakan oleh anggota KWT adalah terciptanya kemandirian pangan. Mereka kini tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk kebutuhan sayur harian.

Semua anggota KWT sudah ada lahan masing-masing di rumah, jadi selama berjalan ini kami sudah tidak beli cabai, ungkap Nurlia dengan antusias.

Dukungan CSR Pertamina yang diberikan sejak tahun 2023 hampir memenuhi seluruh kebutuhan KWT. Bantuan tersebut meliputi bibit, media tanam yang sudah jadi, polibag , hingga instalasi dan alat-alat untuk sistem hidroponik.

Keberhasilan panen KWT Baji Minasa juga telah membuka peluang baru sebagai sumber pendapatan. Kangkung, yang memiliki siklus panen tercepat, menjadi andalan utama.

“Kalau kangkung bisa panen dalam dua minggu. Jadi satu kali panen kita dapat Rp60.000. Dalam sebulan kita bisa panen 3 kali,” jelas Nurlia, memberikan kontribusi hasil pertanian terhadap ekonomi keluarga.

Sementara sayuran hidroponik seperti selada dan pakcoy membutuhkan waktu panen sekitar 30 hingga 40 hari, hasil tanam dikonsumsi bersama, dibagikan kepada warga sekitar, dan sisanya dijual untuk menambah pendapatan.

Kisah KWT Baji Minasa adalah cerminan nyata bagaimana sinergi antara peran korporasi melalui CSR dan semangat kewirausahaan kelompok wanita lokal dapat menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, mengubah lahan tidur menjadi lumbung pangan dan sumber kemandirian ekonomi.

Penulis: Basri

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *