BERITA iNEWS, MAKASSAR Jajaran Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) melakukan pertemuan dengan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, Senin (24/8/2020) malam.
Rombongan diantaranya Direktur Jenderal (Dirjen) Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) DR Mualimin Abdi; Kepala Kanwil Kemenkumham Provinsi Sulawesi Selatan, Drs. Harun Sulianto; Sekretaris Dirjen HAM; Direktur Kerjasama HAM; Direktur Pelayanan Komunikasi Masyarakat; serta para Kepala Divisi Kemenkumham Sulsel.
Diterima oleh Andi Sudirman di Rumah Jabatan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Yusuf Dg. Ngawing, Kota Makassar.
Wagub Sulsel, Andi Sudirman menjamu rombongan Kemenkumham dengan kue tradisional Sulsel, barongko. Bahkan rombongan Kemenkumham dijamu makanan pulu mandoti.
Pertemuan ini dalam rangka silaturahmi jajaran Dirjen HAM Kementerian Hukum dan HAM dengan Wagub Sulsel. Dikesempatan itu, Dirjen HAM memperkenalkan jajarannya.
Direktur Jenderal (Dirjen) Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) DR Mualimin Abdi menyampaikan, bahwa untuk menjalin kerjasama dan koordinasi dengan Wagub Sulsel.
“saya hadir untuk memperkuat koordinasi, halhal yang bisa dilakukan koordinasi agar lebih erat,” ujarnya.
Ia pun mengaku, tertarik dengan konsep rencana Wagub Sulsel yang mengusulkan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dengan konsep alam terbuka.
“Harapan Wagub punya keinginan Lapas ditingkatkan. Ide itu ditempatkan di daerah dingin konsepnya,” tuturnya.
“Itu bentuk kerjasama dan koordinasi yang baik. Sedapat mungkin kalau terjalin kerjasama yang intens, masyarakat bisa lihat HAM di Sulsel, akrab dengan bapak Wakil Gubernur yang masih milenial,” akunya.
Di lapas, kata dia, “60 persen adalah (pelaku) narkoba. Jika tahu pak Wagub baik, mudahmudahan tidak lagi melakukan halhal (negatif) itu,” pungkasnya.
Wagub Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan, bahwa kunjungan ini pun dilakukan Dirjen HAM memperkenalkan jajarannya.
“Lapas dengan konsep alam terbuka. Lapas terbuka, jadi tidak dikurung lagi,” ujarnya.
Dengan konsep terbuka itu dipatok daerah Pucak, kata dia, “warga lapas binaan di alam terbuka. Mereka bisa berkreasi di dalam. Dibina sampai bisa mandiri. Bisa peternakan, perkebunan,” paparnya.
“Kalau ada pesantren alam. Bisa juga ada lapas alam. Supaya nanti (warga binaan) keluar, bisa hidup normal seperti di dalam,” imbuhnya. (*)